M e n e r i m a P e m b u a t a n J i l b a b B e r b a g a i M o d e l

Jumat, 21 Januari 2011

Menikmati Sakit

MENIKMATI SAKIT

Kita semua pernah sakit. Dengan kadar yang berbeda-beda tentu. Dan tidak jarang, orang yang sedang terkena sakit, tidak bisa sabar dan menerima sakitnya. Sehingga sakitnya makin parah.

Ketika membaca ajaran Islam tentang SIKAP YANG MESTI DIAMBIL KETIKA SAKIT, sungguh sangat menyejukkan hati.

Selain tuntunan untuk berobat dan berdoa, Islam juga memberikan motivasi hidup terhadap orang yang sakit, sehingga dia lebih bisa MENIKMATI sakit-nya:

Rasulullah saw. bersabda,

صحيح مسلم - (ج 6 / ص 52)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا. إِلاَّ أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Seorang muslim yang terkena musibah, lalu mengucapkan, “Sesungguhnya kami ini milik Alloh, dan kepada-Nya kami kembali. Ya Alloh, berikanlah pahala kepada kami atas musibah yang kami alami, dan gantilah dengan yang lebih baik.”, maka Alloh pasti menggantinya dengan nikmat yang lebih baik.”

Rasulullah saw. bersabda,

صحيح مسلم - (ج 19 / ص 91)

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Orang mukmin itu menakjubkan. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan jika mengalami kesusahan, ia sabar. Dan itulah yang terbaik baginya.”

Rasulullah saw. bersabda,

صحيح البخارى - (ج 11 / ص 22)

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seseorang sakit atau bepergian, ia mendapatkan pahala amal kebaikan yang biasa ia lakukan ketika sedang di rumah, atau ketika sedang sehat.”

Rasulullah saw. bersabda,

سنن الترمذى - (ج 9 / ص 234)

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ « الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Orang yang cobaannya paling berat adalah para nabi, lalu yang seperti nabi, dan seterusnya. Seseorang itu diberi cobaan sesuai kadar imannya. Jika kadar imannya tebal, maka cobaannya berat. Jika kadar imannya tipis, maka cobaannya sesuai kadar imannya.

Rasulullah saw. bersabda,

سنن أبى داود - (ج 9 / ص 239)

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللَّهُ فِى جَسَدِهِ أَوْ فِى مَالِهِ أَوْ فِى وَلَدِهِ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ زَادَ ابْنُ نُفَيْلٍ « ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ». ثُمَّ اتَّفَقَا « حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِى سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى

“Jika seseorang sudah ditakdirkan masuk surga, tetapi amal kebaikannya belum bisa mengangkatnya ke surga, maka Alloh memberikan cobaan terhadapnya tubuhnya, hartanya, atau anaknya, lalu ia sabar atas cobaan itu, hingga ia berhak masuk surga.”

Alloh swt. berfirman,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ . أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/156، 157]

“Orang-orang yang jika ditimpa musibah, mengucapkan, Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un, adalah orang-orang yang mendapatkan berkah dan rahmat dari tuhan mereka. Dan mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah.”

Allahu Akbar Wa lillahilhamd (Muhil)